BEKABAR.ID, KERINCI – Sorotan tajam disampaikan Ikatan Mahasiswa Muhammadiyah (IMM) Kabupaten Kerinci terhadap praktik pungutan liar (pungli) yang diduga terjadi di kawasan Jembatan Kelok Sago, Desa Batang Merangin, Kecamatan Batang Merangin, Kabupaten Kerinci.
Jembatan yang dibangun dengan anggaran fantastis mencapai Rp150 miliar itu kini justru dinodai oleh ulah segelintir oknum yang menjadikan area tersebut sebagai lahan pungli terhadap pengunjung.
Rizki Afdol, Kabid Hikmah Pimpinan Cabang IMM Kerinci, dalam keterangannya mengungkapkan kekecewaannya. Ia menyebut bahwa pengunjung yang datang untuk menikmati keindahan panorama jembatan kerap disambut dengan kardus yang dijaga oleh beberapa warga untuk meminta sejumlah uang dengan dalih sukarela, keamanan, parkir, hingga kebersihan.
“Ini jelas bentuk pungli. Meskipun alasannya seikhlasnya, tidak bisa dibenarkan karena itu adalah fasilitas umum, aset negara. Mereka tidak punya legalitas resmi untuk melakukan penarikan biaya. Itu termasuk tindakan melawan hukum dan bisa dikenakan pidana,” tegas Rizki, Minggu (06/04/25).
Ia pun mengimbau masyarakat agar tidak membayar pungutan yang tidak sah tersebut dan meminta aparat penegak hukum, baik dari Polres Kerinci maupun Polda Jambi, untuk turun tangan.
“Jangan ada warga yang membayar. Kita minta aparat, baik Polres maupun Polda, segera turun ke lapangan. Ini tidak boleh dibiarkan, sebab bisa merusak citra destinasi wisata dan melemahkan kepercayaan publik terhadap upaya pembangunan daerah,” tambahnya.
Jembatan Kelok Sago sendiri merupakan salah satu infrastruktur strategis yang digadang-gadang sebagai ikon baru di Kerinci. Dibangun sejak perencanaan tahun 2017-2018 melalui APBD Provinsi Jambi, jembatan ini berdiri megah sepanjang sekitar 150 meter, dengan bentang utama 100 meter.
Tak hanya berfungsi sebagai jalur transportasi vital yang memperpendek jarak tempuh hingga 25 kilometer dari Muara Emat ke pusat Kerinci, jembatan ini juga menawarkan panorama memukau dengan latar sungai jernih dan pegunungan yang memikat wisatawan.
Namun demikian, maraknya praktik pungli yang merusak kenyamanan pengunjung bisa menjadi ancaman serius bagi potensi pengembangan wisata di kawasan tersebut.
“Jangan sampai infrastruktur sebesar ini yang dibangun dengan uang rakyat, justru dinikmati secara ilegal oleh sekelompok orang. Kita harus jaga bersama,” tutup Rizki Afdol.
Editor: Sebri Asdian