BEKABAR.ID, TANJABBARAT - Kekecewaan mendalam masih menyelimuti dunia olahraga bulu tangkis di Kabupaten Tanjung Jabung Barat (Tanjabbar). Setelah tampil sebagai tuan rumah Kejuaraan Provinsi (Kejurprov) Bulutangkis Jambi 2025, tim PBSI Tanjabbar justru pulang tanpa torehan medali emas. Prestasi yang anjlok ini menjadi buah bibir, baik dari masyarakat maupun pengurus olahraga daerah.
Seorang warga Tanjabbar yang pernah memiliki anak sebagai atlet bulu tangkis menyampaikan keluhan keras atas kondisi pembinaan di bawah kepemimpinan PBSI saat ini. “PBSI semenjak pak Abdullah jadi ketua, prestasi menjadi minus. Tidak ada upaya serius untuk memajukan PBSI. Anak-anak kalau tanding ke luar daerah banyak pakai dana pribadi, latihan saja sering pakai bola bekas. Miris sekali melihat atlet bulu tangkis kita,” ujarnya kepada bekabar.id, Senin (22/09/25).
Ia bahkan mengaku terpaksa menghentikan dua anaknya yang sempat menjadi atlet PBSI. “Saya stop semua karena kecewa melihat bagaimana pengurus membawa atlet tanding. Pelatih pun sering mengeluh soal anggaran. Bulu tangkis itu butuh dana besar, terutama untuk beli bola. Kalau pengurusnya serius, atlet pasti lebih semangat berlatih,” tambahnya.
Di sisi lain, Ketua PBSI Tanjabbar, Abdullah, tidak menampik kegagalan ini. Ia menyebut bahwa meski menjadi tuan rumah untuk pertama kalinya dalam 16 tahun terakhir, hasil yang diperoleh jauh dari harapan.
“Kami malu dengan minimnya prestasi. Padahal di tempat lain kita bisa meraih emas dan perak, tapi saat tuan rumah hanya dapat satu perak dan dua perunggu. Kami mohon maaf kepada masyarakat Tanjabbar, dan ini akan menjadi bahan evaluasi ke depan,” tegas Abdullah, Senin (22/09/25).
Abdullah juga mengklaim bahwa pembinaan tetap berjalan dengan agenda latihan rutin setiap pekan. Namun ia mengakui, realitas di lapangan sering kali tidak sejalan dengan rencana. “Kita sudah berusaha maksimal, tapi hasilnya belum memuaskan. Kami butuh dukungan dan masukan agar PBSI bisa lebih baik,” ujarnya.
Sementara itu, Ketua KONI Tanjabbar, Jamal Darmawan Sie kepada bekabar.id menyoroti lemahnya manajemen internal PBSI. Ia menekankan perlunya seleksi lebih ketat sebelum mengirim atlet ke ajang provinsi.
“Informasi yang kami terima, pengurus dan pelatih tidak kompak. Ke depan jangan asal kirim atlet. Kalau sekadar penggembira, untuk apa? Itu jadi catatan untuk semua cabor, bukan hanya PBSI,” kata Jamal, Senin (22/09/25).
Jamal juga mengungkap bahwa KONI telah menaikkan honor pelatih dari Rp250 ribu menjadi Rp400 ribu per bulan. “Harapan kita dengan kenaikan ini, sistem kepelatihan meningkat dan prestasi pun ikut terdongkrak. Tapi kalau internal cabor tidak solid, hasilnya tetap mengecewakan,” tambahnya.
KONI sendiri mencatat, PBSI Tanjabbar mendapat alokasi pembinaan dari KONU sebesar Rp 25 juta pada tahun 2025. Namun menurut Jamal, persoalan sebenarnya bukan sekadar soal anggaran, melainkan konsistensi pembinaan dan kekompakan manajemen.
Dalam waktu dekat, lanjut dia, KONI Tanjabbar berencana memanggil PBSI untuk membahas persoalan ini sekaligus memantau proses musyawarah penyusunan kepengurusan baru. “Semoga polemik seperti ini tidak terulang lagi. Kami akan mendorong agar PBSI benar-benar berbenah,” pungkas Jamal.
Editor: Sebri Asdian