Oleh:
Yulfi Alfikri Noer S. IP., M.AP
Akademisi UIN STS Jambi
Pembangunan Pelabuhan Peti Kemas Muaro Jambi (PPKMJ) bukan hanya proyek infrastruktur besar, melainkan fondasi ekonomi strategis jangka panjang. Sebagai salah satu Proyek Strategis Nasional (PSN), pelabuhan ini diproyeksikan menjadi simpul logistik utama di wilayah tengah Sumatra, yang akan memperkuat rantai pasok, menekan biaya distribusi, dan memperluas ruang ekspor produk unggulan daerah.
Kajian Bappenas (2023) tentang Efek Multiplikatif Infrastruktur Logistik menyebutkan bahwa pembangunan pelabuhan modern dapat menciptakan multiplier effect ekonomi antara 1,8 hingga 2,6 kali lipat. Artinya, setiap Rp1 triliun investasi di sektor pelabuhan berpotensi menggerakkan hingga Rp2,6 triliun aktivitas ekonomi turunan khususnya pada sektor:
* angkutan darat,
* pergudangan,
* industri pengolahan,
* jasa keuangan,
* dan UMKM pendukung.
Dengan nilai investasi konsesi PPKMJ yang mencapai Rp4 triliun (Keputusan Menteri Perhubungan Nomor KM 21 Tahun 2024), maka aktivitas ekonomi turunan yang dapat tercipta dapat mencapai Rp7,2 hingga Rp10,4 triliun dalam rentang beberapa tahun setelah pelabuhan beroperasi penuh.
Posisi Strategis dalam Arus Dagang Regional
Jambi berada pada jalur perdagangan strategis di koridor Pantai Timur Sumatra, sebuah kawasan yang menjadi urat nadi pergerakan komoditas dari dan menuju pasar nasional maupun internasional. Namun selama bertahun-tahun, arus barang dari Jambi harus dialihkan melalui Pelabuhan Palembang atau Dumai. Pola ini menyebabkan biaya logistik meningkat, waktu distribusi menjadi lebih panjang, dan daya saing produk Jambi menurun di pasar ekspor.
Laporan World Bank dalam Logistics Performance Index (LPI) 2022 menegaskan bahwa salah satu faktor utama tingginya biaya logistik di Indonesia adalah ketidakterpaduan antara pelabuhan dengan hinterland sebagai wilayah penyangga produksi. Jambi adalah salah satu provinsi yang terdampak langsung oleh persoalan tersebut, karena pusat produksi perkebunan, pertambangan, dan industri pengolahan tidak terhubung secara efisien dengan akses distribusi laut.
Pelabuhan Peti Kemas Muaro Jambi hadir untuk menjawab kesenjangan tersebut. Keberadaannya akan memperpendek rantai distribusi, mempercepat waktu bongkar-muat, dan menekan biaya pengiriman ekspor-impor secara signifikan. Dengan jalur logistik yang lebih pendek dan terintegrasi, produk Jambi memiliki peluang lebih besar untuk bersaing dengan komoditas dari provinsi lain di tingkat nasional maupun global. Dengan semakin terbukanya konektivitas perdagangan tersebut, manfaat pelabuhan tidak hanya berhenti pada peningkatan efisiensi logistik dan daya saing komoditas. Lebih jauh dari itu, keberadaan Pelabuhan Peti Kemas Muaro Jambi juga membawa implikasi fiskal yang strategis bagi daerah.
Kontribusi bagi Kemandirian Fiskal Daerah
Untuk pertama kalinya dalam sejarah pembangunan ekonomi Jambi, hadir sebuah sumber pertumbuhan baru yang padat karya sekaligus padat nilai tambah, serta tidak bergantung pada dana transfer dari pemerintah pusat. Pelabuhan Peti Kemas Muaro Jambi membawa model pendapatan yang berkelanjutan, karena nilai ekonomi yang dihasilkan berasal langsung dari kegiatan produksi, distribusi, dan perdagangan di daerah.
Pendapatan fiskal daerah yang dihasilkan pelabuhan akan bersumber dari berbagai aktivitas ekonomi yang berlangsung di dalam dan di sekitarnya, antara lain:
*tarif jasa pelabuhan dan sandar kapal,
*kegiatan bongkar muat peti kemas,
*jasa depo kontainer dan transportasi, serta
*retribusi logistik dan aktivitas kawasan industri pendukung.
Berdasarkan simulasi fiskal Dinas Perhubungan Provinsi Jambi (2023), potensi kontribusi PPKMJ terhadap Pendapatan Asli Daerah (PAD) diperkirakan dapat mencapai Rp500–Rp650 miliar per tahun ketika pelabuhan memasuki fase pertumbuhan ke-3, yakni pada tahun ke-8 hingga ke-12 operasional. Nilai ini sangat signifikan jika dibandingkan dengan total PAD Provinsi Jambi tahun 2023 yang sebesar Rp3,3 triliun (APBD Provinsi Jambi 2023).
Dengan kata lain, pelabuhan ini memiliki kapasitas untuk menjadi penopang 15–20% PAD Provinsi Jambi dalam jangka menengah. Ini bukan hanya memperkuat struktur pendapatan daerah, tetapi juga menandai pergeseran dari ekonomi berbasis ekstraktif ke ekonomi berbasis logistik dan nilai tambah, sebuah transformasi yang sangat jarang dimiliki oleh daerah penghasil komoditas. Namun, kontribusi pelabuhan tidak berhenti pada penguatan struktur pendapatan daerah semata. Nilai strategis Pelabuhan Peti Kemas Muaro Jambi juga tercermin langsung pada perubahan sosial-ekonomi di tingkat masyarakat, terutama melalui penciptaan lapangan kerja dan tumbuhnya aktivitas ekonomi rakyat di sekitar kawasan pelabuhan.
Dampak Sosial-Ekonomi Langsung: Lapangan Kerja dan UMKM
Proyeksi Dinas Perhubungan Provinsi Jambi menunjukkan bahwa pembangunan dan operasional Pelabuhan Peti Kemas Muaro Jambi akan menciptakan setidaknya 2.000 tenaga kerja langsung, serta 5.000 hingga 7.000 tenaga kerja tidak langsung pada sektor-sektor penopang ekonomi di sekitarnya. Dampak ini tidak hanya dirasakan pada level perusahaan besar atau pelaku industri formal, tetapi juga pada kelompok pekerja rakyat dan usaha kecil yang selama ini menjadi tulang punggung ekonomi daerah. Peluang yang terbuka antara lain bagi:
* para sopir angkutan barang yang menghubungkan sentra produksi dengan pelabuhan,
* koperasi bongkar muat rakyat yang terlibat dalam aktivitas terminal,
* UMKM makanan, jasa, dan layanan harian yang melayani pekerja dan pengguna pelabuhan,
* hingga pelaku usaha perhotelan, pergudangan, dan platform logistik digital yang mengelola arus informasi dan rantai distribusi.
Dengan demikian, pelabuhan bukan hanya sekadar bangunan atau infrastruktur fisik. Ia adalah pusat kehidupan ekonomi, tempat pertemuan berbagai bentuk usaha, tenaga kerja, jaringan perdagangan, dan nilai tambah yang bergerak terus-menerus. Pelabuhan hidup karena manusia yang bekerja di dalamnya, dan dari situlah kesejahteraan daerah bertumbuh. Namun, potensi dampak sosial-ekonomi tersebut hanya dapat terwujud secara optimal apabila pelabuhan didukung oleh sistem konektivitas dan infrastruktur yang memadai. Tanpa dukungan itu, laju aktivitas pelabuhan akan terhambat dan nilai tambah yang diharapkan bagi masyarakat serta daerah tidak akan muncul secara penuh.
Tantangan dan Kunci Keberhasilan
Namun, penting disadari bahwa keberadaan pelabuhan tidak serta-merta memberikan dampak besar bagi perekonomian daerah jika tiga prasyarat utama tidak dipenuhi. Pertama, konektivitas jalan menuju sentra produksi harus diperkuat. Tanpa akses darat dan normalisasi alur Sungai Batanghari yang memadai, arus barang dari dan menuju pelabuhan akan terhambat. Ini bukan hanya soal membangun jalan baru, tetapi juga memastikan kontinuitas jaringan logistik yang menghubungkan kawasan industri, perkebunan, dan UMKM ke pelabuhan.
Kedua, efisiensi biaya operasional pelabuhan menjadi kunci. Pelabuhan yang berfungsi baik harus mampu menawarkan layanan bongkar muat dan perizinan yang cepat, sederhana, dan minim biaya tambahan. Digitalisasi layanan kepelabuhanan serta penyederhanaan proses perizinan adalah langkah yang perlu dilakukan agar pelabuhan menjadi kompetitif dibandingkan pelabuhan lain di Sumatera.
Ketiga, tata kelola pendapatan daerah harus diperkuat melalui konsistensi transparansi dan mekanisme bagi hasil yang jelas. Pelabuhan adalah sumber PAD potensial, tetapi tanpa regulasi yang akuntabel, manfaat fiskalnya tidak akan optimal dirasakan oleh pemerintah daerah maupun masyarakat. Karena itu, konsesi, retribusi, dan sumber penerimaan lainnya harus dikelola dengan sistem administrasi yang terbuka dan terukur, sehingga dana yang masuk ke APBD dapat digunakan untuk memperluas pembangunan dan pelayanan publik.
Tanpa penyelesaian ketiga aspek di atas konektivitas yang memadai, efisiensi operasional, dan tata kelola pendapatan yang transparan pelabuhan berpotensi hanya menjadi infrastruktur yang bekerja setengah kapasitas, jauh dari peran strategisnya sebagai penggerak kemandirian fiskal dan pusat pertumbuhan ekonomi daerah. Dengan kata lain, keberhasilan pelabuhan sangat bergantung pada kemampuan daerah menerapkan ketiga prasyarat tersebut secara serius. Jika hal itu dapat diwujudkan, maka dampak pelabuhan tidak hanya bersifat teknis, tetapi akan menjadi fondasi bagi perubahan struktur ekonomi Jambi.
Momentum Jambi untuk Naik Kelas
Pelabuhan Peti Kemas Muaro Jambi adalah kesempatan sejarah, sebuah titik balik yang dapat menentukan arah masa depan perekonomian Jambi. Kehadirannya membuka peluang bagi Jambi untuk mandiri secara fiskal, tidak lagi terlalu bergantung pada dana transfer pusat, kuat secara industri, dengan rantai pasok yang terhubung dari hulu ke hilir; dan berdaulat dalam ekspor, mampu mengirimkan produk unggulan daerah langsung ke pasar global tanpa melalui pelabuhan provinsi lain.
Namun, momentum ini tidak akan terwujud dengan sendirinya. Ia hanya dapat diwujudkan apabila didukung oleh konsistensi kebijakan, tata kelola yang transparan dan akuntabel, serta partisipasi aktif masyarakat, akademisi, dan lembaga pengawasan dalam memastikan setiap tahap pengelolaan pelabuhan berjalan sesuai kepentingan publik.
Jika tiga elemen tersebut dijaga, maka Pelabuhan Peti Kemas Muaro Jambi bukan hanya menjadi bangunan atau proyek semata, tetapi titian menuju kebangkitan ekonomi Jambi, sebuah warisan pembangunan yang manfaatnya akan dirasakan lintas generasi.
Keberhasilan Pelabuhan Peti Kemas Muaro Jambi akan sangat ditentukan oleh bagaimana kebijakan publik dirumuskan dan dijalankan secara konsisten di tingkat daerah. Pemerintah perlu memastikan koordinasi lintas sector, antara perhubungan, industri, pekerjaan umum, lingkungan hidup, dan keuangan daerah, berjalan dalam satu kerangka strategi yang saling menguatkan. Selain itu, keterbukaan data, standar pengawasan yang independen, serta mekanisme evaluasi berbasis kinerja harus dijadikan instrumen utama agar pelabuhan tidak sekadar beroperasi, tetapi berfungsi sebagai pusat pertumbuhan yang efektif. Dengan landasan tata kelola yang transparan, pengaturan kelembagaan yang kuat, dan pengawasan publik yang aktif, pelabuhan ini dapat menjadi model pembangunan daerah yang tidak hanya menghasilkan pendapatan, tetapi juga membangun kepercayaan, memperkuat kapasitas institusi, dan mengarahkan Jambi pada transformasi ekonomi yang stabil dan berkelanjutan.

